Laman

Rabu, 05 Desember 2012

"Limoen Klaasesz Tjap Koetjing Jang Soedah Terkenal Keras dan Bersih."

Hendrik Freerk Tillema


Air Belanda-yang dikenal di Hindia Belanda pada era awal abad 20an yang menjadi gaya hidup baru para priyayi Jawa pada jaman itu. Banyak para priyayi yang mengadopsi pola-pola Barat, seperti para anggota masyarakat terdidik maupun para bangsawan - yang mengikuti kebiasaan Barat. Pergi ke pesta, main kartu cara Eropa, juga minum air Belanda  dan wiski soda.


Air Belanda-dikenal luas di Hindia Belanda pada awal abad 20 tersebut, banyak di supply oleh Perusahaan yang didirikan seorang apoteker bernama Hendrik Freerk Tillema, yang pada 1896 bekerja di Samarangsche-Apotheek milik R Klaasesz and Co. Ewald Vanvugt. Pada gilirannyaHF Tillema mampu membeli perusahaan Klaasesz and Co pada 1899. Sebelum Perusahaan Hendrik Freerk Tillema didirikan, jutaan botol minuman soda di impor dari negeri Belanda setiap tahunnya.

Tillema melebarkan sayap pada bisnis air kemasan botol. Disamping keinginan dan perhatiannya akan sanitasi, yang memicu keinginannya untuk memproduksi minuman dalam kemasan yang higienis, suatu kebetulan pula perusahaan yang ia beli punya unit  usaha dalam bidang air minum,. Pabrik minuman Tillema pun mengembangkan usaha itu disamping air mineral dalam kemasan, juga mengembangkan dengan memproduksi minuman soda.

Di tahun 1901, ia mendirikan pabrik dari sana, tiap tahun, suami Anna Sophia Weehuizen ini memproduksi lebih dari 500.000 botol limun soda dan air mineral bermerek Hygeia dengan kucing hitam yang ekornya melambai.

Tahun 1910, produksinya meningkat menjadi 10.000 botol/hari. Di Semarang, limun itu terkenal dengan nama Limoen Klaasesz Tjap Koetjing. Hygeia (atau sebenarnya Hygieia) diambil dari mitologi Yunanimerupakan anak perempuan dari Asklepios , dewa pelindung kesehatan.

Saat bersamaan penjualan minuman soda dengan menggunakan cara-cara propaganda dan iklan seperti yang gencar dilakukan di Amerika yang sejak tahun 1890-an berhasil dengan minuman Coca-Cola serta diikuti iklan yang baik.
 
Tillema pun menggunakan cara yang sama. Ia membagikan asbak -asbak yang bermerek minuman limunnya. Di atas perempatan paling sibuk di Semarang ia menggantungkan papan reklame yang cukup menarik perhatian. Foto-foto dari jalan-jalan tempat ia memasang iklan dijadikannya kartu pos dan dibagikan secara gratis dengan menggunakan kalimat: Limun Hygeia memang loear biasa! Ketika dewan kota melarang semua papan reklamenya, maka Tillema menggunakan balon udara yang diterbangkan di seluruh kota Semarang bertuliskan merek Hygeia yang melayang di atas kota Semarang.

 

Tillema suka sekali mengunakan foto-foto yang pada awal abad merupakan sebuah medium baru di awal abad ke-20. Maka ia membuat sebuah buku berisi foto-foto wajah kota Semarang. Di belakang bukunya ia memasang merek Hygeia dan di pinggirnya daftar harga anggur dan wisky. Setahun ia menghabiskan dana untuk reklame yang sangat besar dan dengan segera ia menikmati hasilnya.

Dana besar yang ia keluarkan untuk reklamenya pun menjadi bahan pembicaraan sendiri. Ia berupaya membangun citra dirinya: Tillema, apoteker yang dapat dipercaya dan bagi mereka yang percaya pada kemurnian. Ia pun membuat brosur dengan foto-foto dirinya dalam berbagai pose yang memperlihatkan bagaimana cara terbaik menuang sebotol Hygeia. Foto-foto itu disertai teks: “Ajarilah para pembantoe Anda bagaimana mereka haroes menoeang Hygeia sehingga tidak banjak air bersoda yang terboeang”.

Hmmm sungguh orisinil dan brilian ide nya tersebut.

Hendrik Freerk Tillema dilahirkan di desa Echten di tepi danau Tjeuke. Echten adalah sebuah desa di Friesland, Belanda. Ia lahir 5 Juli 1870. Sikke Tillema ayahnya adalah seorang kepala sekolah. Ketika Tillema berusia tujuh tahun, ibunya meninggal. Maka ayahnyalah yang membesarkan seorang diri dan menjadi panutannya.

Pada 1896 di usia 25 ia berangkat ke Hindia Timur. Di Semarang ia bekerja di ‘ Samarangsche-Apotheek milik firma R. Klaasesz en Co. Setelah tahun ketiga, ia diangkat menjadi rekanan di perusahaan itu. Pada tahun 1899 ia dapat membeli perusahaan itu. Ia tetap mempertahankan nama Klaasesz en Co. Dalam usia belum genap 30 ia menjadi satu-satunya pemilik dan pemimpin di perusahaan itu.

Tillema  Sempat Menjadi Anggota Dewan dan akhirnya kembali ke Negeri Belanda. Tillema justru di kenal Vokal dalam mengkritisi sikap Pendudukan Pemerintah Belanda . Setelah Menetap di Belanda Ia beberapa kali kembali ke Indonesia dan sempat menulis beberapa buku seperti "Kromoblanda", "Zonder Tropen - Geen Europa " serta membuat film dokumenter di Kalimantan, sebelum akhirnya meninggal Dunia pada tahun 1952 di salah satu Villanya di Bloomendaal-Belanda yang konon ia beri nama "Semarang" kota yang ia cintai. (diambil dari berbagai sumber).
Bekas pabrik limun Tjap Koetjing di atas Ps.Johar-Semarang
sumber gambar: http://www.skyscrapercity.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar