Pernikahan Peranakan Tionghoa di Salatiga
pict. source: wikipedia
Kadang
decak kagum sering terlontarkan ketika kita memandangi barang-barang orientalan peranakan
tempo dulu. Seni begitu kental ditonjolkan. Rasa halus sang
pengrajin didorong kepuasan dari sang pengguna membuat munculnya hasil
karya yang sangat indah.
Hasil
karya seperti peralatan rumah, meja, kursi maupun lemari juga merupakan
jejak seni-budaya orang Tionghoa yang telah berabad-abad berada di bumi Nusantara. Model-model banyak di ambil dari negeri tua-nya
Tiongkok, namun banyak juga yang telah mencampurnya dengan budaya-budaya
lokal di Nusantara.
Seperti
lemari Cui Ho yang sudah tergolong barang kuno dan menjadikan salah satu
hasil budaya dalam perjalanan waktu yang panjang. Terbuat dari bahan
kayu lokal yang ada di bumi Nusantara dan membuktikan mau tidak mau bahwa seni Peranakan sudah menjadi budaya Nusantara dan memperkaya warna budaya Nusantara itu sendiri. Cui Ho juga menjadi salah satu icon budaya Peranakan Tionghoa di Nusantara. Karena Cui Ho hanya ada di Nusantara.
Lemari Cui Ho yang
dipunyai kaum Tionghoa Nusantara berbeda dengan yang dipunyai oleh kaum
Tionghoa yang ada di daerah Penang, Malaka dan Singapura atau sering di
sebut sebagai kaum Tionghoa Teluk. Bahan Cui Ho adalah kayu jati, kayu
kuning (trembesu), dan untuk laci-laci dan panel-panel ada yang terbuat
dari akar ambon, kayu trembaloo maupun cendana.
pict. source: cabiklunik.blogspot.com
Menurut Musa Jonatan dalam bukunya "Peranakan Tionghoa Indonesia-Sebuah Perjalanan Budaya" (2009), istilah Cui Ho dari Zihao atau Jiho (Hokkian) artinya toko atau merek. Di Jawa Barat ada Perusahaan yang membuat lemari dan perabot kayu seperti Guan Jiho, Tian Jiho. Jadi arti Cui Ho bukanlah
lemari tetapi kependekan nama toko/perusahaan yang membuat juga
menerima pesanan mebel peranakan Tionghoa pada kurun waktu akhir abad 19
sampai dengan awal abad 20. Namun demikian kalayak umum telah mengenal
bahwa Cui Ho adalah lemari peranakan Tionghoa.
Cui Ho Polos
Pict.Source: puriayusemarang.blogspot.com
Budaya
Peranakan di Nusantara-Indonesia lebih kaya dibandingkan di Malaysia
dan Singapura. Hasil seni yang timbul karena akulturasi budata Tionghoa
dengan budaya lokal semakin memperkaya nuansa budaya yang ada terlebih
kepada barang-benda yang dihasilkannya sangat beragam dan menawan hati.
Lemari Cui Ho Manten
pict. source: www.barangantiklawas.blogspot.com
Kaum Peranakan Tionghoa yang ada di Nusantara punya sejarah yang cukup panjang. Menurut dari beberapa sumber yang ada, Leluhur Kaum Peranakan berasal dari negeri Tiongkok, kabanyakan dari Fujian dan Guangdong dan pada abad ke 10 datang ke Malaka dan menyebar ke wilayah-wilayah sekitanya termasuk Nusantara-Indonesia dan menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan di kawasan tersebut. Pada abad 15-17 gelombang imigran dari Tiongkok kembali datang dengan jumlah yang besar dengan alasan keamanan dan ekonomi, karena di Tiongkok daratan terus bergejolak. Dari kedatangan pada kurun waktu tersebut kebanyakan adalah laki-laki. Setelah menetap, kaum imigran tersebut menikah dengan perempuan-perempuan lokal dan meneruskan keturunannya yang sering disebut sebagai kaum peranakan.
Peranakan Tionghoa di Singapura
1939
Pict. Source: Wikipedia
Kedatangan pada gelombang ke dua dari imigran Tionghoa tersebut adalah di Malaka, namun karena berbagai alasan namun yang terutama adalah ekonomi maka para imigran tersebut tersebar antara Johor, Penang, Singapura dan Nusantara-Indonesia. Oleh karenanya budaya yang dihasilkan pun banyak kemiripan, meskipun akulturasi budaya lokal yang membedakan corak warna di masing-masing daerah. Benda-benda yang tergolong benda seni bermutu tinggi di hasilkan di masing-masing daerah tersebut. Benda-benda yang tergolong benda seni semuanya adalah yang terkait dengan kehidupan keseharian para Peranakan Tionghoa tersebut. Mulai dari furniture, peralatan sembahyang, arsitektur rumah dan bangunan, dsb.
Terlepas dari itu semua, budaya Peranakan Tionghoa turut memberikan nuansa budaya di Nusantara.
(referensi dan disarikan dari wikipedia, www.bentara budaya.com-Irwan Julianto: "Cui Ho" Riwayatmu Dulu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar